Jumat, 30 September 2011

Al-Hikmah


Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeming di hari kiamat nanti, sebelum ia di mintai pertanggung jawaban atas empat hal: atas masa mudanya, untuk apa saja dihabiskan, atas usianya, untuk apa saja di gunakan, atas harta bendanya, dari mana saja dicari dan kemana saja di belanjakan, lalu atas ilmunya untuk apa saja di amalkan.
Meniti di atas kabut hal 69.
اَلْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخاَلِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَي اَذَاهُمْ اَعْظَمُ اَجْرًا مِنَ المُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَي اَذَاهُمْ
Seorang mukmin yang bergaul dengan umat manusia, lalu tabah menghadapi segala kesulitan dari mereka, memperoleh pahala lebih besar dibanding mukmin yang tidak pernah bergaul dengan umat manusia dan tidak pernah merasakan ketabahan terhadap gangguan mereka.
Meniti di atas kabut hal 72.
Sakinah itu adalah ketika rumah dan keluarga menjadi sesuatu yang senantiasa dirindukan. Sehingga, tak sebersitpun ada keinginan untuk melengkapinya di luar sana. Dan plajaran itu bukan hanya sekedar kata.
Karena, selamanya tangan yang sebelah takkan pernah bisa bertepuk. Ini bukan soal cinta yang tertolak sebagaimana lazimnya istilah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi menyoal jiwa yang meminta kelengkapan itu, seperti tangan yang membutuhkan tangan lain untuk bertepuk sehingga melahirkan sebuah suara. Sebagaimana dua jiwa yang hanya akan saling bertemu jika mereka bersesuaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar