Rabu, 16 Maret 2011

Makalah Tafsir Tarbawi

BAB I
MUQADDIMAH
Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Kemajuan yang dicapai peradaban Islam di zaman kekhalifahan tak lepas dari keberhasilan dunia pendidikan. Pada zaman itu, kota-kota Islam telah menjelma menjadi pusat pendidikan dan peradaban yang sangat maju.
Hal ini ada kaitannya dengan firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 122, yang berbunyi:
...


Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”.
Di abad pertengahan, para ilmuwan dan cendekiawan Muslim telah menyusun metode pendidikan atau pembelajaran yang sangat baik. Metode itu disusun agar para siswa bisa memahami dan menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan di madrasah-madrasah atau di Universitas-universitas dengan mudah.
Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan beberapa macam metode pengajaran yang biasa dilakukan oleh para pengajar. Insya Allah.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Metode Pengajaran
Metode pengajaran adalah ilmu yang membahas tentang cara atau tekhnik menyajikan bahan pembelajaran terhadap siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menangkap memahami atau mencerna materi pembelajaran dengan mudah serta agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengajaran sebagai suatu sistem menuntut agar semua unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain atau dengan kata lain tak ada satu unsur yang dapat ditinggalkan tanpa menimbulkan kepincangan dalam proses belajar mengajar.
2. Macam-macam Metode Pengajaran
Ada beberapa macam metode pengajaran yang umum dilakukan oleh para guru, dosen, atau pendidik, antara lain:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu suatu bentuk penyampaian bahan (materi) pelajaran melalui penerangan dan penuturan secara lisan terhadap sekelompok murid. Dalam hal ini kami mengutip sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi:




Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl ayat 125)
Selain itu kami mengutip pula sebuah hadits yang berbunyi:


Artinya: “Sampaikanlah olehmu walaupun satu ayat”.
Ketika memperoleh ilmu atau pengetahuan yang baru, segeralah pula ajarkan atau sampaikan kepada orang lain agar supaya pengetahuan ini bisa tersebar dengan cepat. Jangan sampai pangetahuan yang kita miliki terputus di tangan kita, karena tidak ada seorangpun yang menjamin usia kita, bahkan kita sendiri tidak tahu kapan roh di jasad ini di cabut.
Metode ceramah ini baik digunakan ketika, menghadapi murid yang besar jumlahnya atau menyampaikan materi yang banyak sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas.
b. Metode Ceritra atau Kissah
Metode kissah adalah suatu cara menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi maupun hanya rekaan atau fiktif balaka.
Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman:


Artinya: “Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (Q.S. Ali Imran ayat 137).
Dengan metode kissah ini kita dapat mengambil ibroh atau hikmah di balik kisah yang kita dengar dari pengajar atau siapa saja yang mengisahkannya, sehingga bisa menjadi bahan muhasabah bagi diri kita pribadi agar bias memperbaiki gaya kehidupan kita kedepannya.
Metode ini baik pula digunakan ketika mengajar TK atau SD, karena pada hakikatnya anak seusia mereka senang mendengarkan cerita-cerita atau dongeng karena itu lebih mudah dicerna oleh otak mereka yang berusia masih sangat muda.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, salaing tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).
d. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, begitu pula sebaliknya, siswa bwrtanya guru menjawab, atau suatu metode di sdalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperoleh. Dalam sebuah dalil dikatakan bahwa:


Artinya: “Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui!”.
Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, masing–masing punya kelebihan dan kekurangan. Apa yang diketahui oleh guru atau dosen belum tentu diketahui oleh siswa, begitu pula sebaliknya, apa yang diketahui oleh siswa belum tentu pula diketahui oleh guru. Makanya apa yang tidak kita ketahui, tanyakanlah kepada orang lain atau tanyakan kepada ahlinya.
e. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
f. Metode Resitasi atau Pemberian Tugas
Yaitu bentuk penyajian bahan pelajaran dengan jalan memberikan tugas kepada siswa di dalam atau di luar jam pelajaran. Hal ini bisa kita kaitkan dengan firman Allah SWT:




Artinya: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanah-Nya, dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia, sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”. (Q.S. Al-Maidah ayt 67)
g. Metode Keteladanan
Keteladanan adalah hal-hal yang perlu ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan alat pendidikan islam yaitu keteladanan yang baik sesuai dengan pengertian “uswah”. Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya:




Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab ayat 21).
Bila mana kita ingin hidup bahagia di dunia maupun di akhirat maka tirulah gaya hidup Rasulullah Muhammad SAW. Bagaimanakah kepribadian Rasul itu? Aisyah ra berkata “akhlaq Rasul adalah Al-Qur’an”.

BAB III
KESIMPULAN
Ada beberapa macam metode mengajar yang umum dilakukan oleh para pengajar, dosen ataupun guru yang bisa kita amalkan pula dalam membagi ilmu kepada generasi-generasi kita berikutnya, antara lain:
1. Metode ceramah, ini yang paling populer digunakan oleh para pendidik. Metode ini pula yang paling sering dilakukan oleh Rasulullah.
2. Metode ceritra atau kisah, dengan metode ini pengajar harus pula mengungkapkan hikmah dari apa yang telah diceritakannya kepada siswa agar mereka bisa mengambil pelajaran dari kisa tersebut.
3. Metode diskusi, ini yang biasa digunakan oleh para mahasiswa untuk mencari jalan keluar dari suatu masalah atau menyatukan pendapat yang berbeda.
4. Metode Tanya jawab, mencari jawaban dari hal yang tidak diketahui kepada orang lain atau kepada ahlinya.
5. Metode pembiasaan, membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang positif dan membiasakan diri jauh dari hal yang bersifat negative.
6. Metode pemberian tugas, merangsang siswa untuk melakukan aktifitas belajar baik individual maupun kelompok.
7. Metode keteladanan, pengajar harus melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu ketika ingin menyuruh siswanya untuk melakukan hal itu, agar supaya siswa mudah untuk melakukannya karena telah melihat contoh dari pengajarnya. Namun pengajar harus memunculkan kegiatan yang positif.

DAFTAR PUSTAKA
http://fikrinatuna.blogspot.com/2008/10/metode-pengajaran-agama-islam.html
Nata, Abuddin. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
www.alsofwah.or.id
http://www.republika.co.id
http://frenky.web.ugm.ac.id/1/?p=10
http://jisc.eramuslim.com/konsultasi/display/124-pendidikan-islam
http://raflengerungan.wordpress.com/pengertian-pendidikan/
http://diskusipendidikan.forumotion.com/pengantar-pendidikan-f2/pengertian
pendidikan-dan-pengajaran-t4.htm
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. PT Syaamil Cipta Media: 2005.

PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM

Priode moderen dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1880 M. dan berlangsung sampai sekarang. Di awal priode ini kondisi dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme baru kepada pertengahan abad Ke-20 M, dunia Islam bangkit dari memerdekakan dari penjajahan barat.
Sebagaimana telah disebutkan, ketika kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18 M, di awal abad ke-18 M, Eropa mengalami kemajuan pesat. Kerajaan Safawi hancur di awal abad ke-18 M dan kerajaan Munghal hancur pada awal paro kedua abad Ke-19 M di tangan Inggris, yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India. Kekuatan terakhir yang masih disegani adalah kerajaan Usmani di Turki, hingga Turki Usmani mengalami kemunduran. Kelemahan kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat mencaplok, menduduki, dan menjajah negeri-negeri Islam dengan mudah.
A. Renaisans Di Eropa
Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Di hadapannya masih dapat kekuatan-kekuatan perang Islam yang sulit dikalahkan, terutama kerajaan Usmani yang pusatnya di Turki. Tidak ada jalan lain mereka harus menembus lautan yang sebelumnya hanya dipandang sebagai dinding yang membatasi gerak mereka. Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi benua sebelumnya masih diliputi dunia kegelapan. Setelah Chiristopher Colombus menemukan benua Amerika dan Vasco da Gama menemukan jalan ke Timur melalui tanjung harapan [1498], benua amerika dan kepulauan india setelah jatuh ke bawah kekuasaan Eropa. Dua penemuan itu sungguh tak terkirakan nilainya. Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan karena tidak tergantung lagi pada jalur perdagangan lama yang dikuasai Islam. Dari sinilah terjadi perputaran nasib yang hebat dalam sejarah seluruh umat manusia.
Perekonomian bangsa-bangsa Eropapun semakin maju karena daerah-daerah baru terbuka baginya. Mereka dapat memperoleh kekayaan yang tak berhingga untuk meningkatkan kesajahteraan negrinya. Tatkalah setelah itu, mulailah kemampuan barat melampaui dunia Islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Kemajuan barat itu didukung dengan adanaya penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi industri dan semakin memantap kemajuan mereka. Di sisi lain Eropa juga menguasai Teknologi perkapalan dan kemiliteran sehingga berkembang dengan pesat.
B. Penjajahan Barat Terhadap Dunia Muslim Di Anak Benua India Dan Asia Tenggara
India ketika berada pada masa kemajuan pemerintahan kerajaan Munghal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal inilah yang mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang kesana. Di awal abad Ke-17 M, Inggris dan belanda mulai menginjakkan kakinya di India. Pada tahun 1611 M. Inggris mendapatkan izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapatkan izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East Company mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur ketika dia merasa cukup kuat. Penguasa setempat berusaha mencoba melawan tetapi tidak berhasil akibatnya daerah-daerah Oudh, Bengal, dan Orissa jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibu kota kerajaan Moghal juga berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris, karena bantuan yang diberikan Inggris kepada raja ketika mengalahkan aliansi Sikh-Hindu berusaha menguasai kerajaan. Mulai saat itulah Inggris berusaha mengembang leluasa sayap kekuasaan di anak benua dan sekitarnya. Pada tahun 1842 M, keamiran Muslim di India dikuasainya. Tahun 1857 M kerajaan Munghal di paksa meninggalkan istana, sejak itu India dibawa kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana dan menguasai Afganistan dan kesultanan muslim di masukkan di bawah kekuasan India dan Inggris.
Asia tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang yang merupakan daerah rempah-rempah yang terkenal pada masa itu, Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal itu mungkin karena dibandingkan dengan Munghal kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan mudah di taklukkan. Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di semenanjung malaka yang strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah samudera pasai, ditaklukkan oleh Portugis tahun 1511 M. Sejak itu, peperangan sekali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berusaha menguasai Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah. Penjajahan Portugis yang terlama di Indonesia adalah di Timur-timur.
Pada tahun 1521 M. Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol hanya berhasil menguasai Filiphina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti kesultanan Maguindano, kesultanan Buayan dan kesultanan Sulu.
Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris, Demark, dan Prancis yang datang ke Asia Tenggara. Akan tetapi dua negara yang disebut terahir tidak berhasil menjajah Asia dan hanya datang untuk berdagang. Belanda datang pada tahun 1595 M dan dengan segera dapat memonopoli perdagangan di kepulauan nusantara. Kongsi dagangan VOC, segera pula memainkan politiknya. Tentu saja kehadirannya ditantang oleh masyarakat, oleh karena itu sering terjadi peperangan antara belanda dengan penduduk, akhirnya peperangan tersebut dimenangkan oleh Belanda. Inggris bahkan juga sempat mengusai seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama di awal abad ke-19 M.
C. Kemunduran Kerajaan Usmani Dan Ekspansi Barat Ke Timur Tengah
Kemajuan Eropa dalam teknologi dan militer industri perang membuat kerajaan Usmani menjadikan kecil di hadapan Eropa, akan tetapi nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah kekuasaan yang berada di wilayah Islam. Namun kekalahan besar kerjaan Usmani di Wina tahun 1683 M membuka mata barat bahwa kerajaan Islam telah mundur, sejak itulah Kerajaan Usmani mendapat serangan besar dari barat.
Sejak kekalahan dalam pertempuran wina itu, kerajaan Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara Eropa. Terutama Prancis untuk mempelajari suasana kemajuan dari dekat. Celebi Mehmed diutus ke Prancis tahun 1720 M dan diinstruksikan untuk mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan ia kemudian memberi laporan tentang kemajuan tehnik, organisasi angkatan perang moderen dan kemajuan lembaga sosial lainya. Di sisi lain seorang perwira Prancis datang ke Istanbul dalam rangka membentuk korp artileri dan melati tentara Usmani dalam ilmu kemeliteran moderen pada tahun 1729 M. Datang lagi Comte de Bonevel untuk memberi latihan penggunaan meriam moderen. Pada tahun 1734 untuk pertama kalinya sekolah kemiliteran di buka. Usaha pembaharuan ini tidak terbatas dalam bidang militer. Dalam bidang-bidang lain pembaharuan juga dilaksanakan. Dan demikian juga gerakan terjemahan buku-buku Eropa dalam bahasa turki. Meskipun demikian usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan kemunduran kerejaan turki yang terus mengalami kemerosotan, tapi juga tidak membawa hasil diharapkan.
Penetrasi barat barat ke dunia Islam di Timur tengah pertama-tama dilakukan oleh bangsa Eropa terkemuka Inggris dan Prancis yang memang sedang bersaing sehingga memutuskan hubungan komunikasi. Oleh karena itu pintu gerbang ke India yaitu Mesir harus berada di kekuasaanya. Untuk maksud tersebut Mesir ditaklukkan oleh Mesir pada tahun 1798 M.
Alasan lain Prancis menaklukkan Mesir adalah memasarkan hasil-hasil industri Mesir di samping mudah dicapai dari Prancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria Hizaz. Begitu pula ke Timur jauh.
D. Bangkitnya Nasionalisme di Dunia Islam dan Tumbuhnya Gerakan Partai yang Memperjuangkan Kemerdekaan Negara.
Sebagaimana telah disebutkan benturan-benturan Islam dengan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa, mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya yang dikenal dengan gerakan pembaharuan didorong oleh dua faktor yang saling mendukung, pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur ajaran Islam yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dalam ilmu pengetahuan barat yang pertama seperti, gerekan Wahabiyyah yang di pelopori oleh Muhammad ibnu Abd-Wahab di Arabiah Syiah Waliyullah dan lain-lain, sedangkan yang kedua tercermin kepada pengiriman para pelajar muslimim oleh penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu dan dilanjutkan gerakan penerjemahan karya barat ke dalam bahasa Islam. Pelajar-pelajar muslim asal India juga banyak menuntut ilmu ke inggris.
Gerakan pembaharuan itu segera juga memasuki dunia poltik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dari politik, gagasan politik yang pertama kali dimunculkan Pan-Islamisme (persatuan Islam dunia) yang mula-mula diagungkan oleh gerakan Wahabiyyah dan sanusiyah namun gagasan ini disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal Jamaludin Al- Afghani. Al-Afgahni dikenal dengan bapak nasionalisme yang sepenuhnya menyadari akan dominasi barat dan bahayanya. Oleh karena itu dia memperingatkan dunia Islam akan hal itu dan melakukan usaha yang teliti untuk pertahanan. Umat Islam menurutnya harus meninggalkan perselisihan dan harus berjuang bersama-sama.
Gagasan nasionalisme yang berasal dari barat itu masuk ke negeri-negeri muslim melaui persentuhan umat Islam dengan barat yang menjajah mereka dan dipecat banyaknya pelajar muslim yang menuntut ilmu ke eropa dan lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka. Gagasan kebangsaan ini pada mulanya mendapat tantangan dari tokoh-tokoh Islam karena dipandang tidak sejalan dengan semangat ukhuawa Islamiyah akan tetapi ia berkembang dengan cepat setelah Pan-Islamisme redup.
Di Mesir benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa Al-Tahtawi [1801-1873] dan jamaludin Al-Afghani yaitu tokoh penggerak terkenal memperjuangkan gagasan ini di Mesir. Kalau di Mesir bangkitnya nasinalisme Arab yang segera menyebar dan mendapat sambutan hangat, sehingga nasionalisme itu terbentuk atas dasar kesamaan bangsa. Demikian pula yang terjadi di Mesir, Syiria, Libanon, Irak Hizas dan Afrika utara. Semangat persatuan itu diperkuat pula dengan berdirinya negara yahudi di tengah-tengah bangsa Arab dan di negeri yang dihuni mayoritasa Arab, namun berbeda dengan negeri-negeri yang menyuarakan aspirasi nasionalnya.


E. Kemerdekaan Negara-Negara Islam Dari Penjajahan
Munculnya gagasan nasionalisme dan diikuti berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam memperjuangkan untuk mewujudkan negara meredeka, yang bebas dari pengaruh politik barat.
Dalam kenyataan memang partai-partai itulah yang melepaskan diri dari penjajah, perjuangan mereka dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan seperti 1) Gerakan politik baik berbentuk diplomasi, 2) Pendidikan serta propoganda dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan. Negara penduduk mayaoritas muslim pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaanya adalah Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh negara sekutu akan tetapi, rakyat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dengan perjuangan bersenjata selama lima tahun berturut-turut karena Belanda ingin menguasainya, begitu pula di Mesir, di Libiya, Malasyia dan satu-persatu negeri muslim memerdekakan diri dari penjajahan.

Kelompok I:
• Muh. Irfan
• Muh. Yamin
• Muhammad Nur Hadi
• Muhammad
• Munawwar Abd. Hamid
• Musakkir

Ilmu Jiwa Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

Hampir semua orang pernah merasakan lupa. Lupa adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu lagi untuk mengigat atau mengenal sesuatu yang pernah ia pelajari atau suatu kondisi dimana informasi yang didapatkan tidak tersimpan baik dalam memori. Lupa juga sangat berbahaya karena bisa menjadi awal kegagalan.
Mengapa seseorang bisa lupa? Ada beberapa macam lupa’ bisa terjadi karena proses penyimpanan pada long term memory tidak dilakukan atau dilakukan secara tidak tepat atau tidak sempurna. Lupa jenis ini terjadi karena suatu informasi hanya disimpan pada memori otak jangka pendek (Short Term Memory) dan tidak diantarkan dengan mulus sampai long term memory.
Jenis ‘lupa’ yang lain adalah lupa yang diakibatkan karena berjalannya waktu. Lupa ini terjadi karena kita mengingat sesuatu pada masa lalu tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya kita lupa, hal ini disebabkan karena kita jarang menggunakan informasi itu lagi dan otak kita tidak pernah memproses informasi tersebut.
Ada lagi lupa yang terjadi karena adanya proses interference. Lupa jenis ini diakibatkan karena terjadinya pencampuran antara berbagai informasi yang otak kita proses. Informasi yang lama bercampur dengan informasi yang baru dan akhirnya mengganggu satu dengan yang lain, mengakibatkan hilangnya sebagian informasi lama dan baru tersebut.
Untuk lebih jelasnya, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang apa itu sebenarnya lupa dalam belajar, faktor-faktor yang menyababkan lupa dan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi lupa.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lupa dalam Belajar
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.1Lupa juga bisa diartikan sebagai suatu kondisi dimana suatu informasi yang telah disimpan dalam memori otak jangka panjang hilang (Long term Memory).
Dapatkah lupa dalam belajar diukur secara langsung? Wittig (1981) menyimpulkan berdasrkan penelitian, peristiwa lupa yang dialami seseorang tak mungkin dapat diukur secara langsung. Sering terjadi, apa yang dinyatakan telah terlupakan oleh seorang siswa justru ia katakana.
B. Faktor Penyebab Lupa
a. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Gangguan konflik ini terbagi menjadi dua yaitu:
• Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. (Psychology Education, 2002)
• Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi

1Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal 168.


pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Jadi materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut lupa. (Psychology Education, 2002)
b. Lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
c. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990). Jika siswa belajar hanya dengan mengenal melalui keterangan atau gambar saja, maka jika siswa menemui yang telah dipelajarinya, mereka akan lupa.
d. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, jika siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, karena hanya tidak suka dengan gurunya maka materi pelajarannya akan terlupakan.
e. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaan yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlukan demikian dengan sendirinya akan masuk kea lam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
f. Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.
C. Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar
Sebagai seorang calon guru atau guru profesional dapatkah anda mencegah peristiwa lupa yang sering dialami siswa itu ? Lupa itu manusiawi dan mungkin anda tak akan mampu mencegahnya. Namun, sekadar berusaha mengurangi proses terjadinya lupa yang sering dialami para siswa dapat anda lakukan dengan berbagai kiat.
Pada prinsipnya, apabila materi pelajaran yang anda sajikan kepada siswa-siswa dapat diserap, diproses, dan disimpan dengan baik oleh sistem memori mereka, peristiwa lupa yang menjengkelkan semua pihak itu mungkin tidak terjadi, atau terjadi namun tidak total. Masalah anda sekarang ini ialah bagaimana kiat membuat sistem memori/akal siswa agar berfungsi optimal dalam memproses materi pelajaran yang anda sajuikan pada mereka.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut barlow (1985), Reber (1988), dan anderson (1990), adalah sebagai berikut :
a. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respon atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlerning, antara lain pembacaan teks Pancasila yang pada setiap hari Senin dan Sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
b. Extra Study Time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
c. Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa. Muslihat mnemonik ini banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini.
• Rima (Rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa.
• Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Contoh: jika seorang siswa hendak mempermudah mengingat nama Nabi adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa dapat menyngkatnya dengan ANIM.
• Sistem kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti merah-saga, panas-api.
• Metode Losai (Method of Loci), yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa. Kata “loci” sendiri adalah jamak dari kata “locus” artinya tempat.
• Sistem kata kunci (key word system). Kiat mnemonik yang satu ini relatif tergolong baru dibanding dengan kiat-kiat mnemonik lainnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut : 1) kata-kata asing; 2) kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari; 3) arti-arti kata asing tersebut.
d. Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e. Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan diantara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien, misalnya hukum Jost sebagaimana yang telah penyusun singgung sebelum ini.
f. Pengaruh Tak Tersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warnba yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
Selanjutnya, apa yang dapat anda lakukan (sebagai guru dan calon guru) dalam mengurangi kelupaan siswa ?. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi kemungkinan terlupakannya materi pelajaran yang disajikan kepada mereka.
Pertama, cobalah timbulkan atau tingkatkan motivasi belajar para siswa dengan menyadarkan mereka akan tujuan instruksional yang harus mereka capai. Hal ini dapat anda lakukan, misalnya dengan menjelaskan manfaat materi pelajaran bagi kehidupan masa depan mereka seraya memberi contoh konkret orang-orang yang tidak beruntung lantaran tidak memiliki pengetahuan yang anda ajarkan itu.
Kedua, cobalah selalu menunjukkan unsur-unsur pokok sebelum menunjukkan unsur-unsur penunjang yang relevan dalam materi pelajaran yang anda sajikan. Dalam hal ini anda dianjurkan untuk mendemon-strasikan dengan alat-alat peraga yang tersedia atau memberi tanda khusus pada kata atau istilah pokok yang tertulis pada papan tulis dengan kapur warna merah, hijau, atau warna lainnya yang kontras.
Ketiga, cobalah anda selalu menyajikan pokok bahasan materi yang berkaitan dengan pokok bahasan pada sesi sebelumnya dan relevan dengan pokok bahasan materi yang akan disajikan pada sesi berikutnya. Langkah ini penting anda tempuh, sebab kesinambungan antara pokok bahasan yang satu dengan lainnya itu dapat mempermudah proses pengolahan materi bahasan tersebut dalam sistem akal para siswa.
Keempat, jika anda menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan materi yang telah anda sajikan kepada seorang siswa, sebaiknya anda memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
• Pertanyaan seyogianya disampaikan dengan cara akrab dan tidak menegangkan, tetapi wibawa anda perlu tetap terjaga.
• Pertanyaan seyogianya jelas, singkat, dan tidak mengandung bermacam-macam tafsiran.
• Pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah agar siswa dapat memusatkan proses sistem akalnya dalam mencari respons.
• Pertanyaan hendaknya tidak hanya mengandung satu masalah untuk menjawab “ya” atau “tidak” sebab dapat menghambat kreativitas akalnya.
• Jika seorang siswa tidak mampu menjawab, anda tidak perlu mendesaknya, sebab ia akan kehilangan muka dan ingatannya menjadi kacau.
• segeralah anda tawarkan pertanyaan yang tak terjawab itu kepada siswa-siswa lainnya agar siswa yang tak mampu menjawab tadi dapat mengambil pelajaran dari kawannya sendiri.
• Jika seorang siswa berhasil menjawab pertanyaan, berilah pujian dan senyuman seperlunya tanpa harus bersikap melecehkan siswa yang gagal menjawab pertanyaan anda.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lupa adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mengingat atau mengenal apa yang pernah di pelajari disebabkan beberapa faktor salah satunya adalah terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Informasi yang kita dapatkan hendaknya diproses dengan baik di dalam memori kita agar informasi tersebut mudah kita ingat. Dan kita juga harus menerapkan kiat-kiat dalam mengurangi lupa sehingga informasi yang kita peroleh dapat tersimpan di memori jangka panjang.










DAFTAR PUSTAKA
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090409062715AAlEwrK
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://wonderfulandamazing.blogspot.com/2009/11/faktor-faktor-penyebab-lupa-dalam.html (21 Desember 2009)
http://www.yuwie.com/blog/entry.asp?id=932768&eid=597876

Syarat-syarat Profesi

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Rabbul ‘Alamin, karena dengan izinnya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah yang telah diamanahkan kepada kami.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam, Nabi yang sepantasnya kita jadikan tauladan dari setiap sisi kehidupannya bilamana kita ingin merasakan nikmatnya hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam makalah ini kami tuliskan sesuai dengan hasil tinjauan pustaka yang kami laksanakan berdasarkan referensi yang relevan dengan judul serta tema tugas yang telah diamanahkan kepada kami.


Makassar, 1 Maret 2011

Kelompok I

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidik/guru merupakan satu di antara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya.
Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru-guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik.
Dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit tentang “pengertian profesi dan ciri-cirinya” berikutnya masuk ke topik inti mengenai “syarat-syarat profesi”. Kemudian di bab selanjutnya diketengahkan profesi guru dan syarat-syarat dalam membangun profesionalisme guru. Dan yang terakhir, kesimpulan pembahasan yang telah dipaparkan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka timbul beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dan ciri-ciri profesi keguruan?
2. Apa saja yang menjadi Syarat-syarat profesi?

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi Keguruan
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus dipersiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan di samping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) di dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk mem bedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan atau kekayaan materiil-duniawi.
Dua pendekatan untuk mejelaskan pengertian profesi:
1. Pendekatan berdasarkan Definisi
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari Manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
2. Pendekatan Berdasarkan Ciri
Definisi di atas secara tersirat mensyaratkan pengetahuan formal menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi ini merupakan lembaga yang mengembangkan dan meneruskan pengetahuan profesional. Karena pandangan lain menganggap bahwa hingga sekarang tidak ada definisi yang yang memuaskan tentang profesi yang diperoleh dari buku maka digunakan pendekatan lain dengan menggunakan ciri profesi. Secara umum ada 3 ciri yang disetujui oleh banyak penulis sebagai ciri sebuah profesi. Adapun ciri itu ialah:
a. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh gelar sarjana. Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru mengikuti pendidikan profesi seperti dokter, dokter gigi, psikologi, apoteker, farmasi, arsitektut untuk Indonesia. Di berbagai negara, pengacara diwajibkan menempuh ujian profesi sebelum memasuki profesi.
b. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, pengrajin meliputi ketrampilan fisik. Pelatihan akuntan, engineer, dokter meliputi komponen intelektual dan ketrampilan. Walaupun pada pelatihan dokter atau dokter gigi mencakup ketrampilan fisik tetap saja komponen intelektual yang dominan. Komponen intelektual merupakan karakteristik profesional yang bertugas utama memberikan nasehat dan bantuan menyangkut bidang keahliannya yang rata-rata tidak diketahui atau dipahami orang awam. Jadi memberikan konsultasi bukannya memberikan barang merupakan ciri profesi.
c. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Dokter, pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan jasa yang penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh seorang pakar permainan catur, misalnya. Bertambahnya jumlah profesi dan profesional pada abad 20 terjadi karena ciri tersebut. Untuk dapat berfungsi maka masyarakat modern yang secara teknologis kompleks memerlukan aplikasi yang lebih besar akan pengetahuan khusus daripada masyarakat sederhana yang hidup pada abad-abad lampau. Produksi dan distribusi enersi memerlukan aktivitas oleh banyak engineers. Berjalannya pasar uang dan modal memerlukan tenaga akuntan, analis sekuritas, pengacara, konsultan bisnis dan keuangan. Singkatnya profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang ekstensif.


Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini:
1. Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat.
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai.
3. Menggunakan hasil penelitin dan aplikasi dari teori ke praktik.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang
5. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai persyaratan yang masuk.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang gerhubungan denan layanan yang diberikan
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relatif bebas dari supervisi dalam jabatan
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
B. Syarat-syarat Profesi
Berdasarkan pengertian dan cirri-ciri profesi yang telah disebutkan di atas, maka dapat ditarik beberapa hal yang menjadi syarat-syarat Profesi seperti;
1. Standar unjuk kerja.
2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas.
3. Akademik yang bertanggung jawab.
4. Organisasi profesi.
5. Etika dan kode etik profesi.
6. Sistem imbalan.
7. Pengakuan masyarakat.
8. Menuntut adanya keterampilan yang didasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
9. Menemukan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
10. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai.
11. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan.
12. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan
13. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
14. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti guru dengan muridnya.
15. Diakui oleh masyarakat, karena memang jasanya perlu dimasyarakatkan.
Adapun syarat-syarat Profesi Keguruan adalah sebagai berikut;
1. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Oleh sebab itu, mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett, 1963).
2. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka)
Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum, profesional dan khusus sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula (S1 di Keguruan) atau pendidikan persiapan profesional di LPTK paling kurang selama setahun setelah mendapat gelar akademik S1 di perguruan tinggi non–Keguruan. Namun, sampai sekarang di Indonesia ternyata masih banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat, malahan masih ada yang hanya seminggu, sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan yang kita harapkan.
3. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi
Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara masa depan.
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun, ini tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih jabatan guru.
4. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
5. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
6. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
7. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

III. KESIMPULAN
Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oleh guru, sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar-mengajar
3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,
4. menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar
Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan mempunyai kode etik yang di taati oleh anggotanya.
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal persyaratan itu, namun perkembangannya di tanah air menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut. Usaha untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen dari guru sendiri dan organisasi yang berhubungan dengan itu, selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah.
________________________________________
[1] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
[2] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-profesi-keguruan
[3] http://erwadi.polinpdg.ac.id
[4] http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
[5] http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-profesi-keguruan
[6] http://ilmuwanmuda.wordpress.com/profesi-keguruan/
Posted in Pendidikan | Tags: guru, makalah, Profesi
« HUKUM MEMBERI UANG KEPADA PENGEMIS
DEFINISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM »

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Abu. Alat dan Sarana Pendidikan Islam. Makassar Sulawesi Selatan Http://www.google.com, (8 Maret 2010).
H. A. Mustofa. Akhlaq Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta, 1996
Aly, Noer, Hery. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta: Logos, 1999.
Qutbh, Muh. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: PT Alma’arif, 1984.
Imronfauzi.wordpress.com
http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/konsep-profesi-keguruan
http://erwadi.polinpdg.ac.id
Tugas Kelompok
Profesi Keguruan
SYARAT-SYARAT
PROFESI KEGURUAN










Disusun oleh :
Munawwar Abd. Hamid
Salman
Salahuddin
Rusli
Nirma






JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2010

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar.........................……………………………………….. 4
B. Hasil Belajar..........................…………………………………………….. 4
C. Model Pembelajaran Tutor Sebaya.......………………………………….. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 9
B. Saran……………………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 10

Draft Penelitian

NAMA : MUNAWWAR ABD. HAMID
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARNIYAH DAN KEGURUAN
NIM : 20100108051
JUDUL : Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Al-Qur’an Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Kelas 1 Pada Mata Pelajaran Agama Islam Di SMAN 21 Makassar.
A. Latar Belakang
Belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi edukatif antara guru dan siswa. Tujuan dari interaksi edukatif tersebut meliputi tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai tujuan secara baik, diperlukan peran maksimal dari seorang guru, baik dalam penyampaian materi, penggunaan metode, pengelolaan kelas dan sebagainya. Selain itu, diharapkan kepada guru untuk lebih kreatif untuk melakukan kegiatan pendukung pembelajaran di dalam kelas salah satu kegiatan pendukung yang dimaksud adalah kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan “kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran” (Sahilun A Nasir, 1997:58). Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah tergantung dengan kebutuhan dan kesesuaian jenis kegiatan ekstrakurikuler.
Khusus untuk mata pelajaran Agama Islam, jenis kegiatan ekstrakurikuler yang sering dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah. Seperti pesantren kilat, perkampungan muslim, santri ramadhan, peringatan maulid Nabi, pengajian Al-Qur’an, calisa dan sebagainya.
Dari paparan singkat di atas bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dapat menunjang kegiatan belajar siswa, termasuk kegiatan yang dapat menunjang aktivitas belajar siswa di kelas. Dugaan ini terbukti dari hasil prasurvey yang peneliti lakukan di SMAN 21 Makassar. Dari prasurvey tersebut, peneliti menemukan sebagian siswa yang sering mengikuti kegiatan OSIS, pesantren kilat, pramuka, peringatan PHBI, dan sebagainya juga aktif berpartisipasi dalam keiatan belajar di kelas.
Berdasarkan hasil prasurvey di atas terlihat adanya pengaruh yang positif dari kegiatan ekstrakurikuler terhadap aktivitas belajar siswa di kelas. Untuk membuktikan dugaan dari prasurvey tersebut peneliti merasa tertarik untuk menelitinya dengan judul: Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Al-Qur’an terhadap Aktivitas Belajara Siswa Kelas 1 pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan prasurvey di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya dalam penelitian di atas sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan ekstrakurikuler pengajian al-qur’an siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler pengajian Al-Qur’an terhadap aktivitas belajar siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menemukan pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pengajian al-qur’an terhadap aktivitas belajar siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar. Namun secara spesifik tujuan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan kejelasan tentang:
1. Kegiatan ekstrakurikuler pengajian Al-Qur’an siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar.
2. Aktivitas belajar siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar.
3. Pengaruh yang signifikan antara kegiatan terhadap aktivitas belajar siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dapat peneliti rangkum kedalalam 2 bagian yaitu:
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
2. Manfaat Teoritis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan yang bermanfaat bagi guru PAI sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mempengaruhi secara positif terhadap aktivitas belajar siswa di kelas.
E. Kerangka Teori
1. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Pengertian Ekstrakurikuler Pengajian Al-Qur’an (Agama Islam)
Kegiatan ekstrakurikuler adalah “kegiatan yang dilaksanakan di sekolah atau di lingkungan masyarakat untuk menunjang program pengajaran” (Sholihin A. Nasir, 1997:58). Selain itu, Suharsimi Arikunto (1988:57) mendefinisikan kegiatan ekstrakurikuler sebagai “kegiatan tambahan diluar struktur program yang pada umumnya merupakan program pilihan”.
Adapun pengertian pengajian Al-qur’an (Agama Islam) adalah “usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam kerukunan antar umat beragama” (GBPP, 1996:1).
Berdasarkan pebgertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler pengajian Al-Qur’an adalah kegiatan tambahan yang dilaksankan diluar jam tambahan biasa dengan tujuan agar kegiatan tambhan tersebut dapat membantu manyiakan siswa yang meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama.
b. Prinsip-prinsip Program Ekstrakurikuler
Dengan berpedoman pada maksud dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maka dapat dikemukakan prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Oteng Sutisna (dalam B Suryosubroto, 1997:272) prinsip kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:
1) Semua siswa, guru dan personil administrasi sekolah hendaknya ikut serta dalam usaha meningkatkan program.
2) Kerjasama dalam team adalah fundamental.
3) Perbuatan untuk partisipasi hendaknya dibatasi.
4) Proses lebih penting daripada hasil.
5) Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah.
2. Aktivitas Belajar Siswa
a. Pengertian Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.
b. Jenis Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip di atas, diharapkan kepada guru untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa. Di atas jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat digolongkan menjadi:
1) Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan.
2) Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
3) Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.
4) Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimilikinya.

F. Kerangka Fikir

Berdasarkan gambar di atas maka akan diketahui apakah ada pengaruh yang ditimbulkan kegiatan ekstrakurikuler mata pelajaran Agama Islam (variabel x), terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam (variabel y). Lalu dengan diketahui pengaruhnya sehingga memungkinkan kemudahan bagi guru untuk menyusun rencana kerja yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
G. Hipotesis
Menurut Arikunto (1989:62) mendefinisikan hipotesis sebagai “suatu jawaban yang besifat sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang akan terkumpul”. Berdasarkan pendapat di atas maka akan peneliti rumuskan bahwa terdapat pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pengajian Al-Qur’an terhadap aktivitas belajar siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar.
H. Metode Penelitian
1. Metode/Jenis Penelitian
Untuk menemukan pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pengajian Al-Qur’an terhadap aktivitas belajar siswa kelas 1 pada mata pelajaran Agama Islam di SMAN 21 Makassar, dengan unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan determinatif yaitu dengan mencari pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan ekstrakurikuler pengajian Al-Qur’an terhadap mata pelajaran Agama Islam oleh siswa kelas 1 SMAN 21 Makassar.
2. Variabel yang diteliti dan Definisi Operasional
a. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat dengan rincian sebagai berikut:
1) Variabel Bebas
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan ekstrakurikuler pengajian Al-qur’an pada mata pelajaran PAI. Hal ini didasarkan pada pendapat Hadari Nawawi (1983:56)yang menyatakan variabel bebas adalah “sejumlah gejala atau faktor yang menetukan/mempengaruhi ada atau muncul gejala atau faktor yang kedua yang disebut variabel terikat”.


2) Variabel Terikat
Menurut Hadari Nawawi (1983: 57) variabel terikat adalah “sejumlah faktor atau gejala yang muncul karena dipengaruhi/ditentukan oleh adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PAI .
Definisi Operasional
Adapun istilah yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Kegiatan ekstrakurikuler PAI adalah kegiatan tambahan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran dengan tujuan dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta kemampuan siswa khususnya pada mata pelajaran PAI.
b. Aktivitas belajar siswa adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa dikelas untuk mencapai tujuan belajar dan aktivitas yang dapat diukur. Misalnya, menyimak, bertanya, menjawab dan mengutarakan pendapat.
3. Teknik, Prosedur dan Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler pada mata pelajaran PAI maka peneliti akan menggunkan teknik langsung terjun kelapangan yang berupa observasi. Karena dengan instrument pengumpulan data semacam ini peneliti rasa data yang akan dikumpulkan lebih akurat bila kita mengamati sendiri apa yang akan terjadi dilapangan tersebut.
4. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek sebagai sumber data yang meminlki cirri-ciri/karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Karakteristik dalam penelitian ini adalah; (a) siswa kela 1A, 1B dan 1C, (b) bukan siswa pindahan, dan (c) bukan siswa tidak naik kelas. Berdasarkan karakteristik tersebut maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 146 orang.
Distribusi Siswa Kelas 1
Di SMA Islamiyah Pontianak
NO KELAS JUMLAH SISWA
1 1A 48
2 1B 49
3 1C 49
TOTAL 146
2. Sampel
Untuk menetapkan besarnya jumlah sampel, peneliti akan menggunakan Nomogran Hari King (Sugiyono, 1999:68) dengan tingkat kesalahan 5 %. Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh sample sebesar 51 (0,35 x 146 = 51,1 dibulatkan menjadi 51). Un tuk menentukan sample pada masing-msing kelas peneliti menggunkan perhitungan persentase yang lebih lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut:
NO KELAS POPULASI SAMPEL KETERANGAN
1 1A 48 17 Sampel diperoleh dari hsil perkalian seperti contoh 48 x 51: 146 = 16,77 dibulatkan menjadi 17 orang
2 1B 49 17
3 1C 49 17
JUMLAH 146 51
Teknik sampling yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling maksudnya adalah “teknik yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample” (Sugiyono, 1999:61). Selanjutnya untuk penentuan sample yang digunakan adalah teknik sistematik random sampling. Alasannya karena peneliti mengetahui nama atau identifikasi dari satuan-satuan individu populasi melalui daftar hadir siswa dimasing-masing kelas.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Rencana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini selama 6 bulan, mulai dari bulan Agustus dan berakhir pada bulan Februari. Penelitian ini bertempat di SMA Islamiyah Pontianak
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang akan dipakai untuk menjawab masalah 1 dan 3 adalah analisis prosentase dengan rumus:

Keterangan:
Me : Mean (rata-rata)
: Epsilon (baca: jumlah)
Mengenai jenis kegiatan ekstrakurikuler dan jenis aktivitas belajar siswa akan dianalisis dengan memaparkan dalam bentuk kalimat. Sedangkan mengenai Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Al-Qur’an terhadap Aktivitas Belajar Siswa Kelas 1 pada Mata Pelajaran PAI di SMA Islamiyah akan digunakan rumus regresi sebagai berikut:




Keterangan:
n : Jumlah sampel
Xi : Jumlah score variabel X
Yi : Jumlah score variabel Y
I. Daftar Pustaka
Abror, Adurrahman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
An Nahlawi, Abdurrahman. 1996. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tabrani, Sudirman. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Offset.

Kamis, 10 Maret 2011

Alat-alat Pendidikan Islam

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Rabbul ‘Alamin, karena dengan izinnya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah yang telah diamanahkan kepada kami.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam, Nabi yang sepantasnya kita jadikan tauladan dari setiap sisi kehidupannya bilamana kita ingin merasakan nikmatnya hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam makalah ini kami tuliskan sesuai dengan hasil tinjauan pustaka yang kami laksanakan berdasarkan referensi yang relevan dengan judul serta tema tugas yang telah diamanahkan kepada kami.


Makassar, 3 Juni 2010

Kelompok I

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dahulu hingga sekarang pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena pendidikan merupakan sarana menuju suatu kesuksesan, kesejahteraan, keamanan, dan kelangsungan hidup bersama dalam masyarakat.
Pendidikan saat ini sangatlah maju, baik dari segi sarana maupun prasarananya sangatlah menjamin kelangsungan proses pembelajaran dalam situasi yang ditentukan. Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, alat-alat pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Alat-alat material atau manusia yang mempunyai pengaruh maknawi terhadap pendidikan, seperti masjid, pendidik keluarga, dan madrasah.
2. Alat-alat maknawi-pshikis, seperti metode bercerita, dialog, kerja kelompok, atau tauladan.
Maksud alat material di sini adalah gedung sekolah, sedangkan alat-alat maknawi dalam pendidikan adalah yang tidak tampak, seperti metode-metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan membaca sejarah peradaban Islam khususnya pada zaman nabi Muhammad saw., ketika itu wahyu diturunkan kepadanya, dan Nabi saw. menyuruh sahabat untuk menuliskan ayat Al-Qur’an di atas pelapah kurma, batu-batuan, dan tulang-tulang binatang (unta). Hal ini memberikan gambaran kepada umatnya sendiri bahwa dalam pendidikan tentunya memerlukan sarana dan prasarana untuk memajukan mutu pendidikan. Sejarah peradaban Islam pada waktu itu ada dua bagian, yaitu:
1. Prasejarah
Pada zaman prasejarah ini manusia pada waktu itu pemikirannya masih terbatas dan belum mengenal yang namanya tulisan atau biasa disebut zaman meseleotikum. Ini memberikan gambaran bahwa alat pendidikan pada waktu itu sudah ada.


2. Sejarah
Zaman sejarah manusia pada waktu itu sudah mengenal tulisan, tetapi masih menggunakan batu-batu sebagai alat yang digunakan dalam kehidupannya, atau disebut dengan zaman megalitikum (zaman batu).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka timbul beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dari alat pendidikan Islam?
2. Apa tujuan diadakannya alat pendidikan Islam?
3. Apa saja macam-macam alat pendidikan Islam?


II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Alat Pendidikan Islam
Menurut Imron Fauzi, alat pendidikan adalah suatu tindakan/perbuatan/situasi/benda yang sengaja diadakan untuk mempermudah pencapaian pendidikan. Alat pendidikan dapat juga disebut sebagai sarana/prasarana pendidikan.
Alat pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian, alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan Islam. Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia berkepribadian muslim yang diridhai Allah swt. Oleh karena itu, alat pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur'an dan As-Sunah atau dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunah.
Pengertian alat pendidikan Islam telah dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Sutari Imam Bernadib
Suatu tindakan, perbuatan, atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu pendidikan.
2. Ahmad D. Marimba
Alat pendidikan sebagai segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
3. M. Ngalim Purwanto
Sebagai usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan dari si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik.
Sebagai usaha, pendidikan juga merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, bahkan suatu tujuan, dilihat dari hirarkinya bisa juga menjadi alat (bernilai instrumental).
B. Tujuan Alat Pendidikan Islam
Alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang menghubungkan antara si pendidik dengan peserta didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim yang sejati yaitu muslim yang taat kepada Allah swt.
Pendidikan Islam terjadi secara inheren, tidak ada pertentangan antara komponennya. Alat berhubungan secara organis dengan tujuan karena hukum yang berlaku padanya mengikuti hukum yang berlaku pada tujuan. Apabila suatu tujuan bernilai wajib dan apa bila tujuan itu tidak bisa dicapai tanpa suatu alat, maka alat itu bernilai wajib pula untuk digunakan, kaidah ushul fiqhi menyatakan: “alat mempunyai nilai yang sejalan dengan nilai tujuan”.
Alat mempunyai kedudukan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, seorang pendidik hendaknya tidak meremehkan masalah alat, ia hendaklah mengadakan studi secara mendalam tentang masalah itu. Tidak sedikit kegagalan dalam mencapai tujuan akan kehilangan arah dalam pendidikan disebabkan pendidik tidak memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan alat-alat pendidikan, seperti fungsi, pemeliharaan, dan cara penggunaannya.
Alat tidak terpisahkan dari tujuan, karena tujuan tidak mungkin tercapai tanpa bantuan alat, ini berarti bahwa alat berfungsi mengantarkan penggunanya untuk mencapai tujuan. Dalam kaitannya dengan fungsi inilah maka apabila tujuan barnilai wajib, maka alat pun bernilai wajib, tetapi alat tidak hanya berfungsi sebagai pengantar.
Ahmad D. Marimba memberikan klasifikasi mengenai fungsi alat-alat pendidikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Alat sebagai perlengkapan
2. Alat sebagai pembantu mempermudah arah tujuan, dan
3. Alat sebagai tujuan
C. Macam-macam Alat Pendidikan Islam
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, alat-alat pendidikan terbagi atas dua bagian, yaitu:
1. Alat-alat material atau manusia yang mempunyai pengaruh maknawi terhadap pendidikan, seperti masjid, pendidik keluarga, dan madrasah.
2. Alat-alat maknawi pshikis, seperti metode bercerita, dialaog, atau kerja kelompok, dan tauladan.
Yang dimaksud dengan alat-alat material dan maknawi adalah alat-alat material seperti di bawah ini:
1. Gedung Sekolah
Gedung sekolah sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, olehnya itu dalam hubungan dengan gedung sekolah banyak hal yang perlu diperhatikan seperti di bawah ini:
a. Penerangan
b. Sirkulasi udara
c. Ukuran kelas
d. Tempat duduk dan meja tulis
e. Papan tulis, dan
f. Keamanan dan ketenangan


2. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan perwujudan manusia terhadap kepentingan pengetahuan dan membaca, di dalam perpustkaan tidak hanya dijumpai para pembaca tetapi juga para peneliti, penelaah, penerjemah, dan pengkaji.
3. Alat Peraga
Alat peraga disebut juga media instruksional ialah alat-alat pengajaran yang berfungsi atau pun memberikan gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang diajarkan. Fungsi alat peraga ialah seperti dibawah ini:
a. Membantu dan mempermudah para guru dalam mencapai tujuan khususnya, dan instruksional secara efektif dan efisien.
b. Mempermudah para siswa menangkap materi pelajaran.
c. Menstimulasi melalui pengembangan pribadi serta profesi guru dalam usaha mempertinggi mutu pengajaran di sekolah.
Alat peraga bisa dibagai menjadi alat peraga yang bersifat auditif, visual, dan audio-visual seperti di bawah ini:

a) Gambar
b) Peta
c) Kartoon
d) Slides
e) Televisi
f) Radio, dan
g) Miniature

Menurut Imron Fauzi, sarana pendidikan terbagi kepada dua bagian, yaitu sarana fisik pendidikan dan sarana non fisik pendidikan. Berikut akan dijelaskan masing-masing.
1. Sarana Fisik Pendidikan
a. Lembaga Pendidikan
Lembaga atau badan pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia, yang memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Lembaga pendidikan ini dapat berbentuk formal, informal, dan non formal.
Secara formal pendidikan diberikan di sekolah yang terkait aturan–aturan tertentu, sedangkan non formal diberikan berupa kursus-kursus yang aturannya tidak terlalu ketat, dan yang secara informal pendidikan diberikan di lingkungan keluarga.
b. Media Pendidikan
Media di sini berarti alat-alat/benda-benda yang dapat membantu kelancaran proses pendidikan, seperti OHP, Komputer, dan sebagainya.
2. Sarana Non Fisik Pendidikan
Yaitu alat pendidikan yang tidak berupa bangunan tapi berupa materi atau pokok-pokok pikiran yang membantu kelancaran proses pendidikan. Sarana pendidikan non fisik ini terdiri dari:
a. Kurikulum
Kurikulum merupakan bahan-bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses pendidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. Dalam Ilmu Pendidikan Islam kurikulum merupakan komponen yang sangat penting karena juga sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Selain itu kurikulum yang diberikan diupayakan agar anak didik dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
b. Metode
Metode dapat diartikan sebagai cara mengajar untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode dapat memperlancar proses pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ada beberapa macam metode yang bisa digunakan dalam proses pendidikan, seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode hafalan, cerita, diskusi, dan masih banyak lagi metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu cara memberikan penilaian terhadap hasil belajar murid. Evaluasi dapat berbentuk tes dan non tes. Evaluasi tes dapat berupa: essay, tes objektif, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi non tes dapat berupa: penilaian terhadap kehadiran, pengendalian diri, nalar, dan pengalaman.
d. Manajemen
Pengelolaan yang baik dan terarah sangat diperlukan dalam mengelola lembaga pendidikan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pengembangan sistem pendidikan Islam membutuhkan manajemen yang baik. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penempatan pegawai, dan pengawasan yang baik akan memperkuat pendidikan Islam sehingga out put yang dihasilkan akan berkualitas dan dapat menjawab tantangan zaman.
e. Mutu Pelajaran
Peningkatan mutu pelajaran tidak terlepas dari peningkatan kualitas tenaga pengajar. Kualitas tenaga pengajar ini dapat diusahakan melalui bimbingan, penataran, pelatihan, dan lain-lain.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alat pendidikan adalah suatu tindakan/perbuatan/situasi/benda yang sengaja diadakan untuk mempermudah pencapaian pendidikan. Alat pendidikan dapat juga di sebut sebagai sarana/prasarana pendidikan.
2. Alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang menghubungkan antara si pendidik dengan peserta didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim yang sejati yaitu muslim yang taat kepada Allah swt.
3. Macam-macam alat pendidikan Islam antara lain:
a) Alat-alat material atau manusia yang mempunyai pengaruh maknawi terhadap pendidikan, seperti masjid, pendidik keluarga, dan madrasah.
b) Alat-alat maknawi pshikis, seperti metode bercerita, dialaog, atau kerja kelompok, dan tauladan.
B. Saran
1. Dalam memilih alat pendidikan Islam haruslah sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Kerjasama antara pendidik dan paserta didik sangat dibutuhkan untuk mencapai hakikat tujuan pendidikan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Abu. Alat dan Sarana Pendidikan Islam. Makassar Sulawesi Selatan Http://www.google.com, (8 Maret 2010).
H. A. Mustofa. Akhlaq Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta, 1996
Aly, Noer, Hery. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta: Logos, 1999.
Qutbh, Muh. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: PT Alma’arif, 1984.
Imronfauzi.wordpress.com
Tugas Individu

PROPOSAL PENELITIAN
“Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Al-Qur’an Terhadap Aktivitas Belajara Siswa Kelas 1 Pada Mata Pelajaran Agama Islam Di SMAN 21 Makassar Angkatan 2010”










Dosen Pembimbing:

Disusun oleh :
Munawwar Abd. Hamid
20100108051






JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2010

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar.........................……………………………………….. 4
B. Hasil Belajar..........................…………………………………………….. 4
C. Model Pembelajaran Tutor Sebaya.......………………………………….. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 9
B. Saran……………………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 10

Selasa, 08 Maret 2011

Makalah Tafsir Tarbawi

BAB I
MUQADDIMAH
Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Kemajuan yang dicapai peradaban Islam di zaman kekhalifahan tak lepas dari keberhasilan dunia pendidikan. Pada zaman itu, kota-kota Islam telah menjelma menjadi pusat pendidikan dan peradaban yang sangat maju.
Hal ini ada kaitannya dengan firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 122, yang berbunyi:
...


Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”.
Di abad pertengahan, para ilmuwan dan cendekiawan Muslim telah menyusun metode pendidikan atau pembelajaran yang sangat baik. Metode itu disusun agar para siswa bisa memahami dan menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan di madrasah-madrasah atau di Universitas-universitas dengan mudah.
Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan beberapa macam metode pengajaran yang biasa dilakukan oleh para pengajar. Insya Allah.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Metode Pengajaran
Metode pengajaran adalah ilmu yang membahas tentang cara atau tekhnik menyajikan bahan pembelajaran terhadap siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menangkap memahami atau mencerna materi pembelajaran dengan mudah serta agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengajaran sebagai suatu sistem menuntut agar semua unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain atau dengan kata lain tak ada satu unsur yang dapat ditinggalkan tanpa menimbulkan kepincangan dalam proses belajar mengajar.
2. Macam-macam Metode Pengajaran
Ada beberapa macam metode pengajaran yang umum dilakukan oleh para guru, dosen, atau pendidik, antara lain:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu suatu bentuk penyampaian bahan (materi) pelajaran melalui penerangan dan penuturan secara lisan terhadap sekelompok murid. Dalam hal ini kami mengutip sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi:




Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl ayat 125)
Selain itu kami mengutip pula sebuah hadits yang berbunyi:


Artinya: “Sampaikanlah olehmu walaupun satu ayat”.
Ketika memperoleh ilmu atau pengetahuan yang baru, segeralah pula ajarkan atau sampaikan kepada orang lain agar supaya pengetahuan ini bisa tersebar dengan cepat. Jangan sampai pangetahuan yang kita miliki terputus di tangan kita, karena tidak ada seorangpun yang menjamin usia kita, bahkan kita sendiri tidak tahu kapan roh di jasad ini di cabut.
Metode ceramah ini baik digunakan ketika, menghadapi murid yang besar jumlahnya atau menyampaikan materi yang banyak sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas.
b. Metode Ceritra atau Kissah
Metode kissah adalah suatu cara menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi maupun hanya rekaan atau fiktif balaka.
Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman:


Artinya: “Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (Q.S. Ali Imran ayat 137).
Dengan metode kissah ini kita dapat mengambil ibroh atau hikmah di balik kisah yang kita dengar dari pengajar atau siapa saja yang mengisahkannya, sehingga bisa menjadi bahan muhasabah bagi diri kita pribadi agar bias memperbaiki gaya kehidupan kita kedepannya.
Metode ini baik pula digunakan ketika mengajar TK atau SD, karena pada hakikatnya anak seusia mereka senang mendengarkan cerita-cerita atau dongeng karena itu lebih mudah dicerna oleh otak mereka yang berusia masih sangat muda.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, salaing tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).
d. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, begitu pula sebaliknya, siswa bwrtanya guru menjawab, atau suatu metode di sdalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperoleh. Dalam sebuah dalil dikatakan bahwa:


Artinya: “Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui!”.
Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, masing–masing punya kelebihan dan kekurangan. Apa yang diketahui oleh guru atau dosen belum tentu diketahui oleh siswa, begitu pula sebaliknya, apa yang diketahui oleh siswa belum tentu pula diketahui oleh guru. Makanya apa yang tidak kita ketahui, tanyakanlah kepada orang lain atau tanyakan kepada ahlinya.
e. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
f. Metode Resitasi atau Pemberian Tugas
Yaitu bentuk penyajian bahan pelajaran dengan jalan memberikan tugas kepada siswa di dalam atau di luar jam pelajaran. Hal ini bisa kita kaitkan dengan firman Allah SWT:




Artinya: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanah-Nya, dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia, sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”. (Q.S. Al-Maidah ayt 67)
g. Metode Keteladanan
Keteladanan adalah hal-hal yang perlu ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan alat pendidikan islam yaitu keteladanan yang baik sesuai dengan pengertian “uswah”. Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya:




Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab ayat 21).
Bila mana kita ingin hidup bahagia di dunia maupun di akhirat maka tirulah gaya hidup Rasulullah Muhammad SAW. Bagaimanakah kepribadian Rasul itu? Aisyah ra berkata “akhlaq Rasul adalah Al-Qur’an”.

BAB III
KESIMPULAN
Ada beberapa macam metode mengajar yang umum dilakukan oleh para pengajar, dosen ataupun guru yang bisa kita amalkan pula dalam membagi ilmu kepada generasi-generasi kita berikutnya, antara lain:
1. Metode ceramah, ini yang paling populer digunakan oleh para pendidik. Metode ini pula yang paling sering dilakukan oleh Rasulullah.
2. Metode ceritra atau kisah, dengan metode ini pengajar harus pula mengungkapkan hikmah dari apa yang telah diceritakannya kepada siswa agar mereka bisa mengambil pelajaran dari kisa tersebut.
3. Metode diskusi, ini yang biasa digunakan oleh para mahasiswa untuk mencari jalan keluar dari suatu masalah atau menyatukan pendapat yang berbeda.
4. Metode Tanya jawab, mencari jawaban dari hal yang tidak diketahui kepada orang lain atau kepada ahlinya.
5. Metode pembiasaan, membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang positif dan membiasakan diri jauh dari hal yang bersifat negative.
6. Metode pemberian tugas, merangsang siswa untuk melakukan aktifitas belajar baik individual maupun kelompok.
7. Metode keteladanan, pengajar harus melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu ketika ingin menyuruh siswanya untuk melakukan hal itu, agar supaya siswa mudah untuk melakukannya karena telah melihat contoh dari pengajarnya. Namun pengajar harus memunculkan kegiatan yang positif.

DAFTAR PUSTAKA
http://fikrinatuna.blogspot.com/2008/10/metode-pengajaran-agama-islam.html
Nata, Abuddin. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
www.alsofwah.or.id
http://www.republika.co.id
http://frenky.web.ugm.ac.id/1/?p=10
http://jisc.eramuslim.com/konsultasi/display/124-pendidikan-islam
http://raflengerungan.wordpress.com/pengertian-pendidikan/
http://diskusipendidikan.forumotion.com/pengantar-pendidikan-f2/pengertian
pendidikan-dan-pengajaran-t4.htm
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. PT Syaamil Cipta Media: 2005.

Makalah Telaah Kurikulum

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lstilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum berasal dan kata Curir, artinya pelari; dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan “jarak yang harus ditempuh” oleh pelari. Dari makna yang terkandung dalam kata tersebut, kurikulum secara sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.
Pada tahun 1950-an muncul dugaan kuat bahwa sekolah memiliki kecenderungan kuat untuk mempengaruhi kehidupan murid dengan program-program pendidikannya. Sementara anak juga memproleh pengalaman di luar yang diprogramkan oleh sekolah. Karenanya mereka memahami kurikulum sebagai semua aspek yang diprogramkan sekolah. Kurikulum adalah semua bahan pengajaran yang direncanakan oleh sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Berdasarkan hal di atas, maka konsep kurikulum memiliki sekurang-kurangnya 3 pengertian, antara lain:
1. Kurikulum adalah program pendidikan yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang harus diambil oleh anak didik pada suatu jenjang sekolah.
2. Kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh anak selama di sekolah.
3. Kurikulum adalah rencana belajar siswa, agar mencapai tujuan yang ditetapkan.
Adanya kurikulum ini merupakan hal yang sangat penting, karena dari sinilah seorang Guru bisa mengambil acuan ketika ingin memberikan pengajaran kepada peserta didik. Dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka dalam proses pembelajaran harus digunakan strategi-strategi tertentu agar lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kurikulum ini wajib adanya pada setiap Mata Pelajaran termasuk di dalamnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini akan dibahas secara terbatas yakni dalam ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD/MI sesuai judul makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan strategi pelaksanaan kurikulum PAI (SD/MI)?
2. Strategi apa saja yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini pada dasarnya bertujuan agar supaya peserta diskusi bisa memahami dan sekaligus bisa mengamalkan srategi dalam pelaksanaan kurikulum PAI sehingga dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan kedepannya bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dan pada akhirnya menghasilkan peserta didik yang mampuh melaksanakan kehidupan dunia ini sesuai ajaran Agama Islam.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pelaksanaan Kurikulum PAI (SD/MI)
Strategi pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-mengajar adalah cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Dalam hal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di ruang lingkup SD/MI, yang namanya strategi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan di Indonesia tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia.
Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan nasional disebutkan Pendidakan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Kesehatan asmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tariggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dari tujuan nasional kemudian dijabarkan ke dalam tujuan insitusional/ lembaga, tujuan kurikuler, sampai kepada tujuan insfruksional.
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, umpamanya MI. MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya. Artinya apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut, Sebagai contoh, kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan iersebut. Sebagai contoh, kemampuan apa yang diharapkan dimiliki oleh anak yang tamat MI, MTs, atau Madrasah Aliyah.
Kurikulum sebagai program pendidikan pada dasarnya masih merupakan niat atau rencana, sedangkan bagaimana operasionalisasinya, maka diperlukan strategi pelaksanaan kurikulum. Strategi pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan:
1. Tingkat dan jenjang pendidikan, yang dimaksud adalah tingkatan sekolah. Apakah SD/MI, SMP/MTs atau SMA/MA. Seorang pendidik harus menyesuaikan cara mengajarnya dengan tingkatan atau jenjang pendidikan peserta didiknya.
2. Proses belajar-mengajar, adalah interaksi antara guru dan murid yang membahas suatu mata pelajaran.
3. Bimbingan dan penyuluhan
4. Administrasi supervisi
5. Sarana kurikuler
6. Evaluasi atau penilaian, Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktivitas program dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara terus-menerus.
Secara lebih operasional komponen strategi pelaksaƱaan kurikulum diartikan sebagai proses belajar-mengajar. Yaitu bagaimana cara siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, Metode kurikulum berkenan dengan proses pencapaian tujuan sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap bentuk organisasi yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang efektif.
Menurut Tyler kriteria yang digunakan untuk merumuskan
kurikulum adalah :
1. Berkesinambungan. Artinya saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
2. Berurutan, Artinya kurikulum diorganisasikan dengan memperhatikan tahapan atau urutan bahan.
3. Keterpaduan. Artinya dalam menyusun program pendidikan atau kurikulum sebaiknya memiliki huhungan horisorital pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, sehingga dapat membantu anak memperoleh pengalaman tersebut dalam suatu kesatuan.
4. Prinsip Fleksibilitas. Artinya kurikulum yang dirumuskan hendaknya memiliki ruang gerak baik bagi guru dalam mengembangkan program pendidikan maupun untuk murid untuk memilih program yang ditawarkan.
B. Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Secara operasional penggunaan kurikulum oleh guru menencakup: perumusan tujuan, penentuan materi, menentukan strategi belajar dan mempersiapkan evaluasi. Semua langkah-langkah tersebut biasanya dituangkan dalam persiapan mengajar secara tertulis.
1. Merumuskan tujuan. Setiap guru yang akan mengajar harus merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) sebagai penjabaran lebih lanjut dan tujuan instruksional umum (TIU) yang ada dalam GBPPS Setiap pokok atau. Sub pokok bahasan yang diajarkan harus dirumuskan terebih dahulu TIK-nya agar dalam pelaksanaannya lebih terarah, lebih mudah dievaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai. Karenanya ada beberapa ketentuan bagaimana merumuskan TIK yang benar.
2. Menentukan isi pokok bahasan yang diambil dan GBPP berdasarkan urutan yang ada, atau rnencoba mengorganisasinya kembali untuk lebih efektif dan efisiensi proses belajar-mengajar Sebagai contoh, bagaimana mengajarkan shalat dikaitkan dengan pelajaran membaca Alqur’an. Karena didalamnya ada bacaan Al-Fatihah dan surat tertentu.
3. Merumuskan bentuk kegiatan atau strategi belajar, seperti menentukan metode yang digunakan, alat belajar dan lingkungan sebagai sumber belajar, langkah-langkah kegiatan sampai kepada bentuk evaluasi.
4. Penilaian kurikulum. Guru setelah memberikan pelajaran dilanjutkan dengan evaluasi belajar, untuk melihat sejauh mana proses belajar yang baru saja dilakukan mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi sebaiknya mencakup dua aspek, yaitu aspek perolehan dan aspek proses. Dengan mempelajari uraian di atas. anda diharapkan dapat memperoleh gambaran yang cukup jelas tertang konsep dan kedudukan kurikulum serta bagaimana mengembangkannya dalam kegiatan anda sebagai guru baik di SD maupun MI.
Adapun hal yang perlu diketahui menyangkut pelaksanaan kurikulum tersebut yakni inovasi kurikulum. Yang dimaksud dengan Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Tanpa ini bukan hanya pada pengembangan, melainkan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum menyeluruh, termasuk terhadap penerapan pendidikan agama di SD. Sebagai contoh dari inovasi kurikulum antara lain:
1. Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan riasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.
2. Dan sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar yang bau, maka muncul berbagai inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas.
3. Dari sisi sosiologis timbul masaah berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks sehingga muncu1 inovasi berupa masuknya maka peajaran keterampi1an, adanyal kerja dan gagasan muatan lokal.
4. Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul paket untuk pendidikan luar sekolah dan metode SAS (Struktural Analisis Sintesis) untuk belajar membaca Aiquran.
Contoh Teknis Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Didalam Kelas (Per Materi).
1. Al-Qur’an
Mengenal kalimat dalam Al-Qur’an (membaca dan menulis kalimat dalam Al-Qur’an) dengan cara sebagai berikut.
a. Seorang guru mengenalkan kepada peserta didik tentang dalil yang memperintahkan untuk mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.
b. Seorang guru mengenalkan kepada peserta didik tentang huruf-huruf hijaiyah yang ada 25, secara terpisah dan bertahap. Dan selanjutnya meminta kepada mereka untuk membacanya, baik secara individual maupun bersama-sama.
c. Seorang guru mengenalkan kepada peserta didik tentang cara penulisan huruf-huruf hijaiyah. Bagaimana cara penulisan huruf pada posisi awal, tengah, akhir dan tunggal.
2. Aqidah
Mengenal sifat wajib Allah (menyebutkan dan mengartikan lima sifat wajib Allah)
a. Seorang guru mengenalkan kepada peserta didik tentang pengertian sifat wajib bagi Allah SWT.
b. Seorang guru mengenalkan kepada peserta didik tentang lima sifat wajib bagi Allah. Yang kemudian meminta mereka untuk menyebutkannya secara berurutan.
c. Seorang guru mengenalkan kepada peserta didik tentang arti dari lima sifat wajib bagi Allah, kemudian memberikan dan membacakan dalil-dalil yang berkaitan dengan sifat-sifat itu.
3. Akhlak
Membiasakan perilaku terpuji (menampilkan perilaku percaya diri, tekun dan hemat)
a. Seorang guru menjelaskan kepada peserta didik tentang pengertian perilaku percaya diri, tekun dan hemat.
b. Seorang guru menjelaskan kepada peserta didik tentang manfaat dari perilaku percaya diri, tekun dan hemat.
c. Seorang guru menganjurkan kepada peserta didik agar menerapkan dan membiasakan perilaku percaya diri, tekun dan hemat dalam kehidupan sehari-hari.

III. PENUTUP
Kesimpulan
1. Strategi pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-mengajar adalah cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Dalam hal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di ruang lingkup SD/MI, yang namanya strategi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Strategi Pelaksanaan Kurikulum
a. Merumuskan tujuan
b. Menentukan isi pokok bahasan yang diambil dan GBPP berdasarkan urutan yang ada
c. Merumuskan bentuk kegiatan atau strategi belajar
d. Penilaian kurikulum

DAFTAR PUSTAKA
http://meetabied.wordpress.com/ Muhammad Zainal Abidin Personal Blog
Sayani, Mustopa dan Syamsuddin, Ahmad. Pendidikan Agama Islam (Untuk SD Kelas 3), Bandung: CV. THURSINA. 2006.
Syaodih Nana. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Remaja Rosdakarya, 1997).