Minggu, 06 Maret 2011

Makalah Ahklak

MAKALAH KELOMPOK II
MATA KULIAH: TAFSIR TARBAWI

METODE PENGAJARAN








Dosen Pembimbing: Drs. H. Salehuddin Yasin, M.Ag
Disusun oleh:
• Saifullah
• Munawwar Abd. Hamid
• Nurul Qiyamah




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2009


KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua khususnya kepada kami dari kelompok I, karena dengan limpahan nikmat-Nyalah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam kita senantiasa kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, nabi yang patut kita jadikan suri tauladan, nabi yang telah mendapatkan tugas dari Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Jadi kalau kita ingin selamat dunia akhirat maka contohilah Rasulullah…
Tak lupa ungkapan terima kasih kepada Ustaz yang telah berusaha meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada kami. Moga Allah membalasnya dengan yang lebih banyak! Amien…..
Kami sadar bahwa kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, kritik dan saran dari para pembaca dan pendengar sangat kami harapkan agar bisa memperbaiki makalah kami kedepannya.
Harapan kami, moga makalah ini bisa mempengaruhi keimanan atau akhlaq kita agar kedepannya bias menjadi lebih baik.


Makassar, 3 April 2009

Penulis




BAB I
MUQADDIMAH
Akhlak mempunyai pengaruh besar terhadap individu manusia dan terhadap suatu bangsa. Dalam suatu syair dikatakan: “Sesungguhnya bangsa itu tetap hidup selama bangsa itu berakhlak, jika akhlak mereka lenyap maka hancurlah mereka”.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul yang diutus pada saat terjadi kebobrokan akhlak, Allah SWT sengaja mengutus nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan oleh ahmad, rasulullah bersabda:
Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Ajaran-ajaran akhlak rasulullah adalah ajaran akhlak yang terkandung dalam Al-qur'an, yang di dalamnya mengajarkan bagaimana moral individu manusia terhadap kehidupan sosial dan kehidupan agamanya.
Akan tetapi dalam perjalanannya, akhlak menjadi hanya sekedar adab atau tatakrama saja. Akhlak kehilangan substansi filosofisnya. Tidak heran jika saat ini, moralitas umat Islam Indonesia mengalami krisis akhlaq. Akibatnya, keshalihan ritual seringkali tidak berkorelasi positif dengan keshalihan sosial. Padahal, akhlak merupakan ujung tombak agama. Inilah saatnya untuk menghidupkan akhlak kembali.




BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak “berasal dari bahasa arab (akhlaqun), jama’ dari (kholaqa, yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari “budi pekerti, tabiat, perangai, adat kebiasaan, prilaku dan sopan santun”.
Ishak sholih dalam bukunya berjudul Akhlak dan Tasawuf menyatakan bahwa: “kata akhlak yang berasal dari bahasa arab itu mengandung segi-segi persamaan dengan kata-kata khalik dan kata makhluk”. Ini berarti bahwa manusia diharapkan dapat melakukan hubungan yang selaras dengan penciptanya dan selaras dalam hubungan dengan sesamanya.
Kata akhlak banyak ditemukan dalam hadits-hadits nabi, diantaranya yang paling terkenal adalah :


“Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya rasulullah SAW. Telah bersabda “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Menurut Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.
Kemudian menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.
Ibnu Maskawaih memberikan pengertian yang lebih simple namun jelas yaitu : “Akhlak sebagai keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan tanpa hajat pemikiran dan tanpa diteliti”.
Kalau Islam ibarat sebuah bangunan, maka syahadat adalah pondasinya. Shalat adalah tiangnya, dan akhlak merupakan dindingnya. Indah dan buruknya Ke-Islaman seseorang tergantung akhlaknya. Persis seperti bangunan. Untuk menghancurkan kaum muslim, musuh-musuh Islam tak perlu membongkar pondasinya atau merubah tiangnya. Tapi cukup melepaskan dinding, jendela atau daun pintunya. Selanjutnya, mereka tinggal menunggu ambruknya bangunan itu. Begitulah Islam. Untuk menghancurkan kaum muslim, musuh Islam tak harus memurtadkan mereka atau melarang sholat. Mereka cukup dengan merusak akhlak generasi kaum muslim. Selanjutnya mereka tinggal menunggu kehancuran umat Islam.
Karenanya tak heran kalau Ahmad Syauqi, dalam sebuah syairnya menyebutkan: “Sesungguhnya bangsa itu tetap hidup selama bangsa itu berakhlak, jika akhlak mereka lenyap maka hancurlah mereka”.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menghiasi diri dengan akhlak yang baik. Bukan menganjurkan kepada perbuatan yang nista dan berakhlak bejat.
Batasan dalam mengerjakan baik dan buruk, tertera dalam nash-nash (al- Quran dan hadits) Berbeda dengan etika diluar Islam. Mereka meletakkan sistem penilaian baik dan buruk berdasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan di sekeliling mereka yang mungkin bisa salah atau benar. Dalam buku Min Akhlak an-Nabi (sebagian akhlak Nabi),
2. Macam-macam Akhlak
Adapun akhlak yang dilihat dari segi macamnya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Al-Akhlakul Mahmudah (akhlak baik atau terpuji): yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahluk-mahluk lainnya.
Al-Ghazali dalam bukunya berjudul “ajaran-ajaran akhlak” membagi akhlakul mahmudah menjadi empat macam:
1) Berkata benar kecuali berbohong yang dibenarkan karena ada kebijakannya yaitu untuk mendamaikan dua orang yang berselisih, untuk orang yang mempunyai dua istri dan untuk kepentingan dalam peperangan.
2) Perlunya kesabaran baik untuk kepentingan duniawi maupun akhirat.
3) Perlunya tawakal, menyerahkan diri kepada Allah disini setelah berusaha.
4) Ikhlas yang ditunjukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan yang berkenaan dengan kemasyarakatan.
Syech Mustafa Al-Ghalayani menyebutkan dalam bukunya berjudul “Bimbingan Menuju Akhlak yang Luhur” menyebutkan bahwa Akhlakul Mahmudah terdiri dari 16 macam :
“Berani maju ke depan, sabar dan tabah, ikhlas, harapan, berani membela dan mempertahankan kebenaran, berjuang demi keselamatan umum berbuat kemuliaan (hati sanubarinya penuh dengan keperwiraan, mengajak lawan dan kawan untuk berlaku jujur dan lurus), waspada, kebangsaan (mempertahankan dan membangun keluhuran tanah airnya), kemauan yang keras (tidak mudah putus asa), benar dalam perbuatan, berlaku sedang (i’tidal), dermawan, melaksanakan kewajiban, dapat dipercaya, tolong-menolong, memperbagus pekerjaan, berusaha kemudian tawakal, percaya pada diri sendiri dan fanatic (berpegang teguh pada ajaranm agama Allah).”
Dari pendapat mengenai macam-macam akhlak mahmudah tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya akhlakul mahmudah “adalah segala perbuatan rohani dan jasmani yang dapat membawa ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan serta kejayaan dalam kesastraan lahiriyah dan batiniyah di dunia dan akhirat yang dapat memberikan dampak positif bagi dirinya, keluarganya serta lingkungannya.
b. Al-Akhlakul Madzmumah (ahlak buruk atau tercela): yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahluk-mahluk lainnya.
Adapun menurut Al-Glazali bahwa akhlakul madzmuumah ada lima macam, diantaranya adalah:
1) Sifat pemarah yang menggunakan kekuatan untuk menolak yang tidak disukai dengan melampaui batas. Adapun marah yang tidak melampaui batas (marah pertengahan) adalah kemarahan yang terpuji karena marahnya dikendalikan oleh akal dan agama.
2) Sifat dengki (hasut) yaitu usaha untuk menghilangkan bentuk kenikmatan dari pihak musuhnya dan juga merasa senang terhadap penderitaan orang lain.
3) Sombong, Ghozali membagi sombong dalam tiga macam, sombong kepada Allah, sombong terhadap para rosul dan sombong kepada sesama manusia.
4) Penyakit lidah (lisan) yang meliputi kesalahan, pembicaraan, bohong (dusta), ghibah (menjelek-jelekkan orang lain), memfitnah, munafik, lancang pembicaraan, menambah dan mengurangi serta menceritakan cacat orang lain.
5) Ria, perbuatan berpura-pura agar dihormati dan disegani.
Syech Mustafa Al-Ghalayani dalam bukunya berjudul “Bimbingan menuju akhlak yang luhur” menyebutkan bahwa akhlakul madzmumah terdiri dari sepuluh macam, yaitu:
“Sifat Nifaq (plin-plan), berputus asa, sifat licik (penakut), bekerja tanpa perhitungan, lengah, tertipu oleh perasaannya sendiri, keroyalan, pemborosan, rindu kepemimpinan dan dengki atau iri hati”.
Dari beberapa pendapat mengenai akhlakul madzmumah dapat disimpulkan pada dasarnya akhlakul madzmumah “adalah segala perbuatan rohani dan jasmani yang membawa kehinaan di dunia dan di akhirat”.








BAB III
KESIMPULAN
1. Akhlak merupakan sebagai hasil dari umat Islam yang meyakini, mempelajari Alqur’an untuk mencari kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Kedudukan akhlak sangat penting sehingga pengenalan dan pemahaman serta aplikasinya harus dilaksanakan sedini mungkin.
2. Dengan mengetahui macam-macam akhlak tersebut ( akhlakul karimah dan akhlakul mazmumah ) dapat memberikan pedoman atau gambaran bagi umat manusia untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.















DAFTAR PUSTAKA
Baradza Umar Ustadz., Bimbingan Akhlak Bagi Putra-putri Anda-2, (Surabaya:
Pustaka Progressip, 1992)
Jalaludin Al-Syuyuti, Al-Shaghir, ( Beirut, Dar Al-Fikri, tanpa tahun), jilid 1.
A.Azizy, A.Qodri MA, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial,
(Semarang: Aneka Ilmu, 2003).
Mohammad Rifa’i Jamhari, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta: CV. Indrajaya, 1969)
Ishaq Sholih, Ahlak dan Tasawuf, (Bandung: IAIN. 1998).
Imam Ghazali, Ajaran-ajaran Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1980).
Syech Mustafa Al-Ghalayani, Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur,
(Semarang : Toha Putra, 1976)
Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet
ke-1.
Ardani, Moh., Prof. Dr. H. Akhlak Tasawuf, PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, Cet
ke-2,













DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………................................ i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ii
BAB I : MUQADDIMAH……………………………………………………… 1 BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………… 2
1. Pengertian Akhlak………………………………………………….. 2
2. Macam-Macam Akhlak……………………………………………… 4
BAB III : KESIMPULAN………………………………………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar